Langsung ke konten utama

Awal Mula

Apapun hal yang kita peroleh, akan lenyap begitu saja saat kita mati, tapi tidak jika kita mencatatnya.
Oh, sebuah kalimat pembuka yang mengesankan untuk saya. Karena itu saya rangkai dari otak saya sendiri. Dan jika ada kalimat yang berbunyi serupa, namun dengan bahasa yang berbeda, saya mohon maaf karena telah mengaku-akui. Namun, jika benar-benar ada orang yang juga pernah mengemukakan kalimat itu, saya akan sangat senang sekali jika anda memberi tahu saya.

Kalimat yang saya gunakan untuk membuka postingan ini mungkin bisa dikatakan sebagai alasan utama kenapa saya membuat blog ini. Dan perlu anda tahu, saya adalah tipe orang yang mudah sekali melupakan sesuatu. Sering sekali. Saya juga sering bertanya pada diri saya sendiri, kenapa sampai bisa lupa? Dasar pikun.


Sebelumnya, saya pernah menulis beberapa artikel di blog ini, kemudian saya hapus. Saya rasa apa yang saya tulis itu tidak penting dan tak ada manfaat yang dapat diambil. Ditambah lagi, setelah saya baca ulang, saya heran. Sebenarnya apa yang ingin saya sampaikan. Bayangkan saja, bagaimana mungkin orang yang telah menulis sesuatu, tidak tahu maksud tulisan tersebut. Oleh karena itu, saya rasa akan lebih baik jika saya menghapusnya, karena saya tidak ingin membuat anda bingung. Dan mencoba menggantinya dengan tulisan yang mudah dicerna, meskipun juga tidak mempunyai pesan.

Pertama kali saya mengenal dunia blog adalah dari ayah saya. Dia rajin sekali menulis. Menulis mulai pukul 21.00 ketika semua orang telah tidur dan selesai sekitar tengah malam. Saya sempat heran. Untuk apa dia menulis? Toh dari yang saya ketahui dia bukan wartawan atau sejenisnya. Saya pun bertanya, dan dia mengenalkan saya pada blog.

Saya pun membuat "rumah" saya sendiri, tentu dengan bantuannya. Saya juga sempat bertanya, apa yang harus saya tulis di dalam blog saya. Dan jawabannya, sial, saya lupa bagaimana dia menjawab. See, saya orang yang sangat mudah melupakan sesuatu. Entah hal yang penting ataupun hanya hal-hal sepele seperti menutup lemari, mematikan air, dan mengunci pintu.

Blog pertama saya masih aktif, namun saat ini telah saya ubah menjadi blog buku, yang khusus menulis tentang buku. Seperti resensi atau review dari buku yang telah saya baca. Anda pun dapat melihatnya di edwinfnurin1.blogspot.com

Saya kira, ada juga alasan lain yang dapat saya sampaikan kepada anda kenapa saya membuat blog. Saya sering berjalan-jalan ke blog milik orang lain, membaca apapun yang mereka tulis. Diary, artikel semacam how to dan banyak lagi. Istilahnya, blog walking. Saya heran. Ketika saya membaca sebuah artikel dalam blog, saya merasa gatel, saya mendapati banyak tulisan yang sulit dimengerti dan penempatan tanda baca yang kurang tepat. Dengan kata lain, saya ingin membuat tulisan yang sekiranya lebih bagus dari mereka. Terdengar sombong? Tidak. Saya sampai saat ini masih berlatih menulis, yang nantinya hanyalah pembaca sekalian yang dapat menentukan tulisan saya bagus atau hanya sampah saja.

Sudah sangat lama saya tidak mengisi blog ini. Sejak kapan? Entahlah. Saya lupa. Yang jelas saya berhenti menulis karena tak adanya respon terhadap tulisan saya. Atau mungkin tulisan saya tak sepatutnya direspon, karena memang tak ada yang bermanfaat. Ya, dulu blog saya ini, saya isi dengan catatan harian saya, yang tentu saja tidak penting---menurut orang lain. Biarlah, saya juga menyesal kenapa menuliskannya dulu.

Hal yang sangat ingin didapatkan oleh blogger---orang yang mempunyai blog-- dari kegiatannya menulis bukanlah uang, nama yang melambung, atau apapun. Saya rasa, seorang blogger, mungkin juga semua orang, adalah dihargai orang orang lain. Di tanggapi. Itu membuktikan bahwa kita masih hidup dan mempunyai karya yang berguna untuk orang lain. Setidaknya dapat dijadikan bahan perbincangan disela-sela kesibukan sehari-hari.

Tenang saja, saya tidak akan memaksa anda semua membaca tulisan-tulisan saya nantinya 5 hari sekali lalu menyuruh anda semua menanggapinnya hanya dengan kalimat-kalimat yang akan membuat saya puas. Katakanlah sesuatu, jika memang hal itu sepatutnya dikatakan. Entah baik atau buruk.

Dan harapan saya mengenai blog ini tidak muluk-muluk. Saya perlu menyampaikan, bahwa membaca akan membuat anda sehat dan pikiran anda jernih. Sesuatu yang sangat baik jika dibandingkn dengan menghisap rokok yang yang merusak sistem kerja paru-paru anda dan tentu saja menghabiskan uang dalam dompet anda.

Harapan saya yang terakhir, semoga sampeyan-sampeyan semua menikmati apa yang saya sajikan. Intinya, saya akan senang jika anda senang. Salam. Selamat membaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiga Pilihan Presiden Indonesia, Siapa Bisa Dipercaya?

Tidak ada. Politisi semestinya tidak diberi kepercayaan utuh – sebagus apapun kinerjanya di masa lalu dan rencana-rencana yang diwacanakan untuk masa depan. Ia patut untuk terus dicurigai, dikritik, dan dituntut atas kekuasaan yang akan/telah dimilikinya. Lord Acton, guru besar Universitas Cambridge, pernah bilang: power tends to corrupt and absolute power corrupt absolutely . Kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan yang absolut cenderung akan korup secara absolut. Kabar baiknya, rakyat punya hak untuk terus mengawasi kekuasaan yang telah dimandatkan pada penguasa. Hal itu dijamin undang-undang. Tapi, hal itu tidak akan terjadi jika penguasa tidak memberi ruang untuk dikritik tuannya dan melihat segala bentuk kritik sebagai ancaman atas kekuasaannya. Seorang teman pernah bilang kalau saja saya tahu orang-orang di balik ketiga pasangan dari capres dan cawapres yang tersedia ditambah lagi rekam jejak yang menyertai mereka, saya pasti takut dan enggan untuk memihak ketiga...

Tak Apa Tak Tahu Semuanya

Terkadang ketidaktahuan justru memberikan ketenangan.  Sementara itu, di sisi lain, upaya untuk mengetahui segalanya malah mengundang rasa gelisah. Hadirnya internet memberikan akses tanpa batas terhadap informasi. Lantas media sosial melengkapinya dengan alur penyebaran yang lebih masif dan cepat.  Setiap membuka media sosial kita disuguhkan dengan beragam informasi. Mungkin tidak semuanya berguna dan relevan, tapi kita harus menerimanya. Kita seolah dipaksa untuk mengikuti setiap peristiwa yang ada agar tetap dianggap dalam pergaulan. Pagi ini topiknya peran suami-istri dalam rumah tangga, nanti malam berubah soal hubungan budaya dan hak asasi manusia dalam penyelenggaraan Piala Dunia, lalu saat belum paham betul, orang-orang sudah beralih ke misteri meninggalkan keluarga di Kalideres.  Dua-puluh-empat jam sehari di depan layar rasanya tidak cukup untuk mengikuti semua yang terjadi. Selalu ada rasa resah karena takut ketinggalan berita. Fear of missing out . FOMO. Kenap...

Hal-hal Pernah dan Mungkin akan Terjadi

Suatu siang saya mengobrol dengan seorang teman. Kemudian terlintas pertanyaan, oh tidak, saya sudah mempersiapkannya sebagai opsi darurat apabila kami kehabisan topik pembicaraan. Saya bertanya: Apa kekuatan yang pengen kamu punya dan kenapa? Dia menjawab, "Kamu nanya? Iya? Aku kasih tahu, ya.." Dia jawab teleportasi. Perpindahan super cepat dari satu tempat ke tempat lain--menembus ruang dan waktu. Rasanya, dia menyukai ide bahwa dia bisa pergi ke mana saja, kapan saja, dan tidak perlu berurusan dengan kemacetan, orang-orang tak sabaran, dan perempatan Gedangan. Sementara itu, saya menjawab pertanyaan yang sama dengan berharap memiliki kekuatan untuk mampu mengontrol pikiran diri sendiri. Bukan, bukan seperti Profesor Xaxier dalam semesta X-Men yang mampu membaca pikiran dan memanipulasi orang lain. Saya hanya ingin mengontrol pikiran diri sendiri. Terdengar tolol dan egois memang. Tapi jika dipikir-pikir lagi, semua hal yang telah, sedang, dan mungkin akan saya lakukan ber...