Tidak ada yang
menyuruh sampeyan membaca tulisan ini. Baca tulisan yang lain saja. Hush.
Sebelumnya,
tulisan tentang hari kelahiran saya selalu berisi dengan hal-hal yang berkaitan
dengan apa saja yang saya lakukan sebagai perayaan atas munculnya saya di
dunia, kemudian saya sadar bahwa hampir tiap tahun semuanya tak jauh berbeda. Tidak
ada kejutan, kue, badut, dan hal kekanak-kanakan lainnya. Tak apa.
Oya, saya sedang
flu dan agak pusing ketika menulis postingan ini, jadi saya punya alasan,
selain saya memang begini adanya, jika sampeyan menemukan kata-kata atau
kalimat yang membingungkan. Maafkan. Lagipula, tidakkah sampeyan punya
aktivitas lain yang lebih bermanfaat ketimbang membuang-buang waktu dan kuota,
barangkali, pada hal yang sama sekali tidak memengaruhi hidup kalian.
Ini sekadar
catatan rutin tiap hari kelahiran saya dan sebagaimana mewakili kata rutin,
saya harus menuliskannya dalam waktu yang sudah ditentukan, meskipun sudah
hampir terlewat seminggu. Bagaimanapun, harus ada yang saya tulis untuk bahan
bacaan kelak, saat saya tak sanggup melakukan hal-hal yang mengancam tulang-tulang
atau persendian.
Tahun ini saya
berulang tahun di luar kota. Bukan sebuah kesengajaan. Ada acara jurusan yang
kebetulan bebarengan dengan hari kelahiran saya. Bahkan saya curiga,
teman-teman kuliah saya tidak menyadari hal tersebut. Lagipula, ya, buat apa. Hari
berjalan seperti biasanya. Tidak ada tanda-tanda akan ada kejutan atau apapun
itu. Hingga sore harinya, tepat di hari kelahiran saya, teman saya, Sae
namanya, mengucapkan selamat ulang tahun lewat aplikasi pesan singkat, lalu
menyebarkannya di grup kuliah, barulah semuanya berbondong-bondong mengucapkan
hbd, habede, dan sejenisnya. Bahkan berlanjut sampai keesokan harinya, karena
memang kebanyakan telat mengetahuinya.
Tapi, acara
jurusan tersebut, sangat menyenangkan bagi saya. Di acara tersebut saya tertawa
sampai menangis akibat kepolosan salah seorang teman saya. Tiga hari di Trawas,
perut saya sixpack akibat kebanyakan ketawa. Sudah lama saya tidak tertawa
lepas.
Sebenarnya, sebelum
itu, keluarga saya telah mengucapkan selamat ulang tahun lewat aplikasi pesan
singkat di pagi hari, kemudian beberapa teman SMA yang bermain twitter
mengucapkan hal serupa waktu agak siang, padahal saya sengaja tak memasang hari
ulang tahun di pelbagai media sosial yang saya gunakan, kecuali facebook karena
memang jarang sekali saya buka, tapi teman saya, Icha, mengucapkannya. Saya tak
tahu apa yang membuatnnya ingat hari kelahiran saya, atau mungkin ia sengaja
memasang pengingat, saya tak tahu. Tapi, terima kasih. Yang pertama harus
selalu dihargai, karena sisanya biasanya hanya latah saja.
Sementara itu,
berbeda cerita dengan teman kuliah saya, Sae. Kebetulan kami memiliki nasib
yang tak jauh berbeda, karena kami hari kelahiran kami tak terpaut begitu jauh,
dia lima hari setelah saya. Seringkali, sebagai Sagittarius, kami sering
dilupakan karena teman-teman telah sibuk dengan urusan liburan masing-masing,
sampai lupa hanya untuk sekadar mengucapkan selamat. Meskipun, kalaupun ada,
rasanya ya, biasa saja bagi saya. Kecuali orang pertama.
Yayaya, baca
catatan ulang tahun saya sebelumnya jika ingin tahu kenapa ucapan selamat tak
begitu bermakna bagi saya.
Saya berniat
catatan hari lahir yang ini dan seterusnya kelak saya buat sebagai sarana
perenungan atau interopeksi diri selama setahun belakangan. Semacam kaleidoskop.
Hal-hal berkesan yang saya lalui, yang bisa saya ingat kemudian hari.
Di umur ke-18
kemarin, banyak sekali hal luar biasa yang saya alami. Beberapa doa dikabulkan
Tuhan dengan cara yang tak terduga. Lebih dari itu, Dia juga memberikan apa
yang tidak saya minta. Pun dengan cara yang tak terduga-duga.
Sekilas saja. Nanti
kalau saya punya waktu, saya akan cerita secara utuh.
Saya pergi ke
jogja dengan teman-teman SMA. Banyak kenangan tertinggal di sana.
Saya lulus dari
SMA dengan nilai yang membanggakan bahagia dan haru.
Saya sebagai
ketua kelas mengurus nilai teman-teman yang hendak mendaftar kuliah jalur
undangan, di saat saya sendiri sudah tidak lolos seleksi awal.
Alhamdulillah,
saya diterima di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga jalur SBMPTN. Bertemu
teman-teman baru, cerita-cerita baru.
Dibelikan kamera
orang tua sebagai hadiah atas diterimanya kuliah.
Naik kereta ke
Malang untuk pertama kalinya. Kemudian menggembel di sana.
Pertama kali ikut
kepanitian di Scolfest 2018. Daftar pubdok, masuk perkap. Tidak apa-apa. Pengalaman.
Diterima di
Zetizen sebagai digital content creator, lalu sekarang dipindah ke reporter. Menyenangkan
ketika tahu tulisan saya, ya meskipun telah disunting beberapa bagian, masuk di
koran nasional. Hal itu berkat teman saya, Arga, yang member tahu kalau ada
lowongan. Kudos.
Itu hal-hal yang
saya ingat. Mungkin ada yang terlewat. Akan saya perbarui kalau tidak ada
waktu.
Intinya, 2018,
bagaimanapun juga, adalah tahun yang menyenangkan bagi saya. Banyak hal yang
berhasil membuat saya bersyukur pada apa-apa yang saya dapatkan dan alami. Terima
kasih.
Semoga yg tertunda di tahun 2018 bisa terwujud di tahun 2019, aamiin..
BalasHapusSukses terus mas Edwin.
Mampir balik dong, www.kyndaerim.com
Makasiih..