Langsung ke konten utama

Di Tribun Sixteenagers


Elang kebanggaan. Sumber: @sixteenagers

Akan terkesan sombong dan bodoh kalau saya memukul rata bahwa semua yang membaca tulisan ini tahu apa itu sixteenagers. Oleh sebab itu, ada baiknya saya berikan sedikit penjelasan tentang nama itu.


Sixteenagers adalah sebutan bagi siswa dan siswi SMA Negeri 16 Surabaya. Lebih spesifik lagi, pendukung segala macam perlombaan yang diikuti oleh sekolah. 



Pertama Kali Mendukung

Ada sebuah organisasi yang bidang kerjanya mengurus masalah dukungan buat perwakilan sixteen. Kami menyebutnya CASPER (Coordinator Association Sixteen Supporter). Mereka adalah orang-orang yang membuat konsep, lagu, koreo, penjualan tiket dan hal-hal penting lainnya masalah dukung-mendukung. Salut!


Ketika CASPER menanyai siapa saja yang bisa mendukung tim basket dalam ajang DBL, tanpa memikirkan apa saja prosedurnya, saya mengiyakan saja. Selanjutnya, teman-teman yang ikut akan mendapat pengarahan khusus tentang konsep atau koreo yang akan ditunjukkan ketika pertandingan. Saya yang sama sekali awam, ikut saja. Sepulang sekolah, teman-teman disuruh berkumpul di lapangan. Sekitar 30 orang atau lebih, saya lupa angka pastinya. Maafkan, saya bukan boaz salossa yang rajin menabung dan pandai matematika.


Selanjutnya kami diberi apa-apa saja yang harus kami lakukan. Ternyata, orang-orang yang ada di situ adalah orang-orang yang punya peran penting dalam konsep yang akan ditunjukkan. Konsep yang sedang kita bicarakan adalah susunan kertas yang akan membentuk beberapa kata. Waktu itu ada tiga kata yang akan dibuat. Saya lupa spesifiknya, yang jelas ada kata DBL. Maka, saya dan sekitar 30 orang lainnya adalah orang-orang penting. Karena kalau salah angkat kertas, susunan akan berbeda atau bahkan tidak bisa dibaca, diraba, diterawang.


Kami dibelimbing dan diarahkan dengan sabar sampai kami paham betul, untuk menghindari kesalahan. Setelah merasa cukup, sore itu juga diadakan semacam geladi bersih. Kami dibariskan sesuai kebutuhan dan harus menghapalkan siapa kanan dan kiri, karena barisan tersebut adalah barisan kami ketika di tribun dan kami tidak boleh salah tempat, apalagi salah pilih gebetan yang ternyata anaknya ibu dari ayah teman dekat pakdhenya cucu yang pertama. 


Barisan siap, semua partisipan diberi bagian kertas masing-masing. Berhubung akan dibentuk tiga kata, maka kami mendapat masing-masing tiga kertas. Kertas diangkat sesuai urutan agar hasilnya seperti yang direncanakan. Selanjutnya, kami diberi tahu cara memegang kertas dengan baik dan benar dan sesuai kaidah jempol kanan. Beberapa kakak kelas naik ke lantai dua dan melihat hasilnya sambil membenarkan apa yang terlihat aneh. Termasuk wajah saya.


Oya, hampir lupa, salah satu cara yang dilakukan untuk mendukung adalah bernyanyi atau menyuarakan yel-yel agar pemain lebih semangat. Soalnya kalau cuman diam-diam saja ya percuma. Makanya, kalau suka bilang. Jangan dipendem. Tahu-tahu diambil orang, ngamuk. Maaf kebablasan.


Masalahnya adalah saya sama sekali tidak tahu nyanyian yang sering digunakan oleh sixteenagers. Untungnya, teman saya yang kebetulan anggota CASPER, berbaik hati mencetakkan berbagai lirik-lirik nyanyian. Terima kasih mas Arga. Masalah selanjutnya, saya tidak tahu nada apa yang dipakai. Ini seperti pepatah bagai pinang dibelah dua.


Iya, pepatahnya nggak nyambung memang. Kenapa? Mau protes?


Hari pertandingan pun tiba. Semua sudah berada di posisi. Capo atau pemandu sorak mulai berdiri. Semua pendukung sixteen mengikuti. Perkusi mulai menabuh rebana. Akhirnya pengajian pun dimulai. Subhanallah.


Konsep tak langsung ditunjukkan, tapi kami menyanyi dan menari-nari dahulu. Ternyata ada beberapa lagu yang saya tahu nadanya dan tinggal mengganti beberapa kata saja. Untuk lagu yang tidak saya ketahui dan asin, saya hanya lipsync dan bergumam dan bertepuk tangan saja. Saya hanya berani mengeraskan suara pada kata lalalalala dan oooo oo oooo. 


Separuh pertandingan, akhirnya konsep ditunjukkan. Kertas mulai dibagi. Saya deg-degan. Takut salah. Ada beberapa anggota CASPER yang pergi ke sisi lain tribun untuk memastikan semua memegang kertas sesuai urutan dan membentuk kata yang tepat. Saya tidak tahu ada yang salah atau tidak, yang pasti sampai konsep selesai saya menunaikan tugas saya dengan baik. 
Pertama kali nribun sebagai sixteenagers.



Konsep Favorit

Konsep yang sudah ditunjukkan tidak akan ditunjukkan lagi. Jadi, disetiap pertandingan selalu ada konsep dan tema yang baru. Terkadang, konsep menyesuaikan dengan hal-hal yang sedang ramai diperbincangkan. Misal:
Ketika 17 agustus. Sumber: @sixteenagers
Waktu demam pokemon go. Sumber: @sixteenagers

Dan selama 3 tahun turut serta mendukung, saya punya dua konsep favorit. Pertama, konsep surprise. Yak, sesuai namanya yang berarti pepesan kadal, konsep ini sangat berkesan dan bagi yang belum tahu sebelumnya pasti sangat mengejutkan. Yayalah sayang, namanya juga pepesan kadal. Saya tidak mau membeberkan lebih detail konsep ini, karena akan mengurangi kesenangan sampeyan. Jadi, solusinya, jika ingin tahu, datanglah ke setiap pertadingan sixteen. Ini adalah konsep wajib setiap tahun di kompetisi DBL dan hanya ditampilkan sekali saja. Kebetulan saya selalu kebagian berpartisipasi dalam konsep ini. Ketagihan malah. Sangat memuaskan jiwa dan raga.
Melet! Sumber: @sixteenagers


Kedua, konsep 3D Einstein. Saya pribadi sangat terkejut ketika penemu teori relativitas ini muncul dengan pose lidah menjulur yang terkenal itu. Rasanya jadi pengen melet terus ketika melihatnya. Oke agak tidak masuk akal. Tak apa. Lebih dari itu, lidahnya bergerak naik-turun, teman-teman! Entah kenapa saya senang plus kagum dengan kreativitas CASPER. Mendengar cerita teman-teman saya yang kebetulan anggota CASPER, mereka mengerjakan setiap konsep, baik 3D atau kertas, hingga larut malam di sekolah. Salut! Dengan konsep 3D Einstein, sixteenagers mendapat penghargaan Best 3D Concept pada tahun itu. Bangga!


"Rangkul aja, gapapa."

Yang ini agak canggung. Jadi, walau kita sudah merencanakan siapa di samping kiri dan kanan kita ketika di tribun, belum tentu orang-orang tersebut berada sesuai rencana hingga pertandingan berakhir. Karena, dalam persiapan menunjukkan konsep, barisan kembali diatur kerenggangannya hingga posisi bergeser menyesuaikan kebutuhan, belum lagi kalau ada tempat kosong, otomatis bagian belakang langsung maju dan mengisi tempat kosong tersebut.


Suatu hari, saya mendapat tempat dengan kanan-kiri adalah bukan teman sekelas. Sebelah kiri saya adalah kakak kelas perempuan dan sebelah kanan saya pokoknya laki-laki. Okelah, tidak apa-apa. Bukannya takut ketahuan lipsync, tapi dalam salah satu lagu ada koreo yang mengharuskan kita merangkul pundak orang-orang yang ada di kanan dan kiri kita. Tapi saya hanya merangkul sebelah kanan saya saja. Agak janggal memang. Lalu, mbak-mbak kakak kelas menoleh ke saya, menatap mata saya penuh arti dan berkata, “Sebenarnya, aku laki-laki.” Sambil melepas topeng samarannya. “Namaku Bayu. Hai.”


Bukan apa-apa, saya tidak mau kurang ajar merangkul mbaknya, apalagi dia berhijab, belum lagi kalau ternyata ada pacar mbaknya di sekitar situ dan memergoki kelancangan saya, bakal runyam alam semesta. Hingga dalam kondisi canggung, mbaknya bilang, “Rangkul aja dek, gapapa.”


Saya yang masih ingusan, dalam makna kiasan, bingung mau merangkul apa tidak. Akhirnya saya hanya menempelkan lengan di belakang leher mbaknya saja. Tidak sampai mengalungkan apalagi mencekik mbaknya. Karena saya sadar, kami sedang mendukung bukan smekdon.


Sebuah Kesalahpahaman

Ada juga pengalaman yang cukup berkesan dan berharga bagi saya. Sempat terjadi kesalahpahaman antara saya dan CASPER, OSIS, dan kakak-kakak kelas. Namun, setelah berdiskusi semuanya baik-baik saja. Saya pun mendapat pelajaran berharga bahwa kita harus berani mempertanggungjawabkan segala tindakan kita dan memahami terlebih dahulu inti masalahnya sebelum mengambil kesimpulan. Pengalaman yang sangat berharga bagi saya.


The Anthem

Tanpa mengurangi kebanggan terhadap lagu-lagu lainnya, saya sangat tersentuh dan bangga ketika menyanyikan anthem of sixteenagers. Biasanya, lagu ini dinyayikan setelah pertandingan selesai. Baik kalah atau menang. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ketika menyanyi kami diiringi instrumen dari pihak penyelenggara, khusus untuk sixteenagers. Di situ saya merasa bangga.

Entah kenapa, saya selalu merinding ketika mendengar dan menyanyi anthem of sixteenagers. Emosi saya tersentuh. Apalagi ketika kalimat terakhirnya.

Di sini kami tetap ada dan terus berlipat ganda

Kalian bisa mendengarkannya di youtube. Cari saja dengan kata kunci ‘ANTHEM OF SIXTEENAGERS’


Di Tribun Sixteenagers

Saya belajar tentang pertemanan, pengorbanan, kesetiakawanan, dan banyak hal lain. Tidak peduli kenal atau tidak dengan kanan dan kiri, semua adalah kawan atas nama sixteenagers. Tidak ada kata lelah atau kecewa, baik ketika kalah atau menang, semua terbayar lunas ketika dapat bernyanyi, bersorak, menari bersama. Seketika segala beban hilang sejenak, tergantikan oleh euforia kebersamaan. Sebuah kebanggaan bisa menjadi bagian sixteenagers selama hampir tiga tahun. 
Mendukung terakhir kalinya sebagai siswa. Sebelum masuk.
Setelah mendukung.


Tahun ini saya sudah lulus dan mendapat kesempatan untuk mendukung pasukan biru terakhir kalinya sebagai siswa. Hal-hal yang menyenangkan selalu terasa cepat berlalu. Semoga suatu hari nanti bisa berada di tribun sixteenagers lagi. Sukses buat SIXTEENAGERS dan CASPER untuk kedepannya!


Enam belas akan selalu di hati.
Selamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidurlah Anji, Selamat Malam

Photo by Bastien Jaillot on Unsplash Ketika teman-teman ramai mengobrol soal pelbagai macam strategi untuk mengalahkan musuh di game online, diam adalah opsi terbaik yang saya punya. Saya tak mau merusuh dan memang tak begitu tahu akan istilah-istilah asing semacam skin, ranked, dan sejenisnya. Bisa dibilang, level pengetahuan saya cukup memprihatinkan. Tapi, ketika topik pembicaraan beralih ke dunia film, mulut saya akan selalu terbuka untuk meladeni setiap cabang bahasannya. Meski tidak paham betul, setidaknya saya punya cukup bekal jika ditanyai tentang istilah seperti plot hole, spin-off, easter eggs, overshadow, dan lain-lain. Di sisi lain, teman-teman saya yang cenderung lebih senang bermain game akan lebih sering jadi pendengar, ketimbang pembicara. Sama halnya ketika saya diajak berdiskusi soal Dota atau PUBG.

Tiga Pilihan Presiden Indonesia, Siapa Bisa Dipercaya?

Tidak ada. Politisi semestinya tidak diberi kepercayaan utuh – sebagus apapun kinerjanya di masa lalu dan rencana-rencana yang diwacanakan untuk masa depan. Ia patut untuk terus dicurigai, dikritik, dan dituntut atas kekuasaan yang akan/telah dimilikinya. Lord Acton, guru besar Universitas Cambridge, pernah bilang: power tends to corrupt and absolute power corrupt absolutely . Kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan yang absolut cenderung akan korup secara absolut. Kabar baiknya, rakyat punya hak untuk terus mengawasi kekuasaan yang telah dimandatkan pada penguasa. Hal itu dijamin undang-undang. Tapi, hal itu tidak akan terjadi jika penguasa tidak memberi ruang untuk dikritik tuannya dan melihat segala bentuk kritik sebagai ancaman atas kekuasaannya. Seorang teman pernah bilang kalau saja saya tahu orang-orang di balik ketiga pasangan dari capres dan cawapres yang tersedia ditambah lagi rekam jejak yang menyertai mereka, saya pasti takut dan enggan untuk memihak ketiga