Langsung ke konten utama

Kenapa Harus Panjang Umur?

Lucile Randon--perempuan asal Prancis--merupakan manusia tertua di dunia yang masih hidup per April 2022, semenjak meninggalkan Kane Tanaka.

Lucile saat ini berumur 118 tahun dan tampaknya akan terus mempertahankan gelar manusia tertua yang masih hidup—satu bulan menjelang ulang tahun yang ke-117, ia sempat terinveksi virus Covid-19, namun nyatanya hal itu tak mampu menghentikan waktu Lucile. Luar biasa.

Saya tidak mengenal secara personal Lucile tapi saya bisa membayangkan betapa kesalnya dia jika lirik 'Panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia'--tentu dalam bahasa Prancis--dinyanyikan saat ulang tahunnya. Paling tidak, itulah yang saya rasakan jika saya akan bernasib sama sepertinya.

Umur harapan hidup Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 71,85 pada tahun 2022. Artinya, rata-rata kita akan hidup selama 71 tahun—itupun jika tidak meninggal ditabrak odong-odong.

Sekarang, bayangkan jika kamu hidup sehat, jauh dari celaka, dan dilindungi doa orang tua, hingga mampu melawan data BPS dan hidup sampai 118 tahun lamanya. Prestasi mungkin, tapi mari kita lihat sisi lainnya.

Semua teman sudah meninggal, tak ada lagi agenda ngopi di cafe teranyar. Anak bisa jadi meninggal pula, kalaupun hidup sama payahnya mengurus diri sendiri. Badan tak bisa bergerak seenak hati lagi. Apa-apa perlu bantuan.
 
Ada salah satu scene di serial After Life dimana Tony (diperankan Ricky Gervais) yang bekerja sebagai wartawan surat kabar lokal kebagian tugas mewawancarai perempuan tertua di daerahnya. Ia bertanya pada perempuan itu, apa pesan untuk orang lain agar bisa berumur panjang sepertinya?

Jawabannya: Don’t. It’s fucking awful. It hurts just to be alive. 

Selanjutnya, perempuan itu menjelaskan, dengan suara getir, bahwa semua keluarganya telah meninggal dan diare akan menghampirinya setiap minggu di awal bulan serta tak bisa buang air di tiga minggu setelahnya. Pertama kali menonton adegan itu, saya baru sadar, iya juga ya. Berumur panjang bisa sangat mengerikan.

Be careful with what you wish for. 

Maka, sejak saat itu, setiap kali ada teman yang berulang tahun, salah satu ucapan yang saya berikan adalah ‘Umur gak usah panjang-panjang, secukupnya aja asal hepi’. 
 
Dan hari ini saya hepi sekali.

Komentar

  1. Hai, salam kenal bro. saya suka blog sederhan tapi topik yang dibahas Ngena banget ! ditunggu postingan terbarunya, jika sempat mari mampir ke blog saya untuk sekedar bertegur sapa. Terimakasih.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Apa Tak Tahu Semuanya

Terkadang ketidaktahuan justru memberikan ketenangan.  Sementara itu, di sisi lain, upaya untuk mengetahui segalanya malah mengundang rasa gelisah. Hadirnya internet memberikan akses tanpa batas terhadap informasi. Lantas media sosial melengkapinya dengan alur penyebaran yang lebih masif dan cepat.  Setiap membuka media sosial kita disuguhkan dengan beragam informasi. Mungkin tidak semuanya berguna dan relevan, tapi kita harus menerimanya. Kita seolah dipaksa untuk mengikuti setiap peristiwa yang ada agar tetap dianggap dalam pergaulan. Pagi ini topiknya peran suami-istri dalam rumah tangga, nanti malam berubah soal hubungan budaya dan hak asasi manusia dalam penyelenggaraan Piala Dunia, lalu saat belum paham betul, orang-orang sudah beralih ke misteri meninggalkan keluarga di Kalideres.  Dua-puluh-empat jam sehari di depan layar rasanya tidak cukup untuk mengikuti semua yang terjadi. Selalu ada rasa resah karena takut ketinggalan berita. Fear of missing out . FOMO. Kenapa tiba-tiba or

Belajar dari Iklan Rokok

Iklan rokok adalah paradoks yang menyalahi pemahaman soal bagaimana trik pemasaran seharusnya bekerja. Ia menabrak teori pemasaran untuk mengakali batasan yang ada.  Tapi, justru hal itulah yang membuatnya menarik untuk dipelajari dan ditelaah baik-baik. Pernah melihat bentuk produk rokok di iklan rokok? Seharusnya tidak, sebab menurut UU Penyiaran tahun 2002, iklan rokok dilarang menampilkan pemeragaan wujud rokok. Jika dipikir baik-baik, maka peraturan tersebut tidak masuk akal. Tidak semua brand , apalagi hanya level UMKM atau temanmu yang sering berjualan lewat instagram story, mampu untuk mengakali peraturan itu.  Di sisi lain, pembatasan tersebut justru memperlebar kreativitas dalam memasarkan produk mereka--bahkan terkesan terlalu serampangan jika perhatikan sekilas. Hari ini iklan rokok menampilkan orang berselancar, besok memanjat tebing, nanti pergi ke bulan. Liar tanpa batasan. Meskipun, saya tahu betul di balik itu semua ada insight/ benang merah yang coba disampaikan s

Hal-hal Pernah dan Mungkin akan Terjadi

Suatu siang saya mengobrol dengan seorang teman. Kemudian terlintas pertanyaan, oh tidak, saya sudah mempersiapkannya sebagai opsi darurat apabila kami kehabisan topik pembicaraan. Saya bertanya: Apa kekuatan yang pengen kamu punya dan kenapa? Dia menjawab, "Kamu nanya? Iya? Aku kasih tahu, ya.." Dia jawab teleportasi. Perpindahan super cepat dari satu tempat ke tempat lain--menembus ruang dan waktu. Rasanya, dia menyukai ide bahwa dia bisa pergi ke mana saja, kapan saja, dan tidak perlu berurusan dengan kemacetan, orang-orang tak sabaran, dan perempatan Gedangan. Sementara itu, saya menjawab pertanyaan yang sama dengan berharap memiliki kekuatan untuk mampu mengontrol pikiran diri sendiri. Bukan, bukan seperti Profesor Xaxier dalam semesta X-Men yang mampu membaca pikiran dan memanipulasi orang lain. Saya hanya ingin mengontrol pikiran diri sendiri. Terdengar tolol dan egois memang. Tapi jika dipikir-pikir lagi, semua hal yang telah, sedang, dan mungkin akan saya lakukan ber