"Di
kuburan kan cuma ada orang mati. Orang mati nggak bahaya."
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.
Kampret.
Oke.
Maaf.
Film
yang disutradarai dan ditulis oleh Joko Anwar ini adalah sebuah reboot dari
film dengan judul yang sama, yang ditayangkan tahun 1982. Bukan tanpa alasan
sang sutradara, dari sekian banyak film horror, memilih film ini untuk dibuat
ulang. Berbagai sumber, salah satunya situs rollingstone indonesia, mengklaim bahwa
Pengabdi Setan (1982) adalah film Indonesia terseram sampai mereka mengeluarkan
tulisan tersebut. Dan jika sampeyan bukan seorang pemalas, sampeyan bisa
mencari tahu sendiri, mungkin dari pengalaman orang atau prestasi apa saja yang
telah diraih oleh film originalnya garapan Sisworo Gautama Putra di internet, dan
pertanyaan kenapa Bang Joko memilih film ini pasti terjawab.
Para Pemain |
Baik,
secara garis besar, film ini bercerita mengenai sebuah keluarga, yang terdiri
dari Nenek, Bapak, Ibu, dan anak-anaknya—empat bersaudara, yang tinggal di
sebuah rumah di perbukitan dekat area perkuburan—sebuah perpaduan yang sangat
baik. Sang ibu sedang sakit dan kondisi keluarga tengah kesusahan dalam hal ekonomi, sampai bapak
khawatir tidak dapat membelikan obat untuk ibu.
Dalam
kondisi sakit, ibu tidak bisa berjalan bahkan berdiri pun sepertinya tidak mungkin. Karena itu, jika ia ingin sesuatu, ia akan
membunyikan lonceng untuk memanggil anggota keluarga lainnya. Singkat cerita,
sang ibu pun meninggal dan disitulah cerita baru dimulai. Suara “Lonceng” mulai
menghantui seisi rumah. Sesuai tagline-nya, Ibu Datang Lagi. Bukan untuk
mengambil lonceng, namun menjemput anggota keluarganya.
Cukup
itu saja. Tenang, itu sama sekali tak mengandung spoiler, karena semuanya
menjadi materi promosi dari film tersebut yang dapat kita lihat atau baca di
trailer dan sinopsis resmi dari pihak PH atau bioskop. Jadi, tenang, kalian
akan senang bertemu dengan ibu.
Terus
terang, saya belum pernah menonton film horror, khususnya dari Indonesia, di
bioskop. Bahkan film-film box office macam The Conjuring, Sinister,
Jailangkung, Pocong 2 dan lain-lain, belum saya tonton. Pertama, karena memang
saya kurang suka genre film horror yang menjadikan hantu sebagai objek yang
dieksploitasi—saya lebih suka yang gore-gore. Kedua, saya tidak punya seseorang
untuk ditenangkan, ditutup matanya, dan dipeluk ketika ada jumpscare. Ketiga,
suara saya fales ketika berteriak. Jadi, bukan karena saya “penakut”. Bukan. Catat itu
baik-baik.
Lalu
kenapa saya memutuskan menonton Pengabdi Setan buatan Joko Anwar?
Beberapa
orang mungkin masih awam ketika mendengar namanya. Padahal, dia adalah salah
satu sineas terbaik yang dimiliki bangsa ini. Karyanya sudah jalan-jalan di
festival internasional dan berhasil pulang dengan penghargaan. Film A Copy Of
My Mind contohnya yang menjadi film terbaik di Asian Project Market, Busan Internasional Film Festival 2014 lalu. Film lain karyanya, yang ‘menurut orang’ berbeda dengan film
Indonesia kebanyakan dan unik, karena kebetulan saya belum melihat film-film
lawasnya, adalah Kala, Pintu Terlarang, Ritual dan serial televisi HBO Asia,
Halfworlds—yang menceritakan dedemit-dedemit Indonesia. Saya hanya menikmati
beberapa film pendeknya di youtube. Dan ketika saya punya kesempatan untuk
menyaksikan kegilaan sutradara. yang bisa dibilang ‘Quentin Tarantinonya
Indonesia’, di bioskop, apalagi film horror, saya tidak punya alasan untuk
tidak menontonnya.
Dalam
durasi 107 menit atau 1 jam 47 menit, kita akan diajak masuk ke dalam suasana
mencekam dan penuh ‘kejutan’. Bahkan di 10 menit pertama, kita seolah-olah sudah
diberi pemanasan oleh Bang Joko, sebelum memasuki inti ceritanya. Atmosfer yang mampu membuat kita menahan napas untuk beberapa saat.
Semua
elemen sangat membantu dan saling melengkapi. Dari scoring yang pas, maksudnya ya digunakan secukupnya.
Bukan cuman asal berisik saja. Penampilan aktor dan aktrisnya yang mampu menarik
simpati penonton dan sampai ikut terbawa suasana. Dan yang paling saya juga adalah sinematografinya. TOP. Saya
belum pernah mendengar namanya sebelumnya, tapi Bang Ical Tanjung, si
sinematografer, ini sangat bagus penyajian gambar-gambarnya. Setiap gambar
seperti memberi tahu apa saja yang penting, yang harus dilihat. Indah. Mantaplah pokoknya.
Oya, ditambah color grading yang
menambah nilai plus film ini.
Dan
ada juga beberapa dialog dan celetukan yang mampu membuat satu studio tertawa
dan tersentuh. Ada horrornya, sedihnya, humor yang kurang ajar. Komplit!
Setelah
saya pikir-pikir, kunci film Pengabdi Setan ini mampu memberikan rasa
kengerian bagi penontonnya adalah kejadian-kejadian dalam film ini seringkali
kita resahkan, kita bayangkan dan dekat dengan kesehariannya kita. Apalagi kalau
sampeyan beragama islam, mungkin akan lebih ngeh
tentang keresahan-keresahan itu.
Namun,
bukannya tanpa celah. Menurut saya, ada beberapa adegan yang sebenarnya
terkesan dipanjang-panjangkan. Dan ada juga plot
hole atau mungkin memang disengaja
dan membiarkan kita menyusun dari data yang ada lalu menyimpulkan sendiri apa
yang telah terjadi. Saya tidak tahu. Tapi, tidak begitu berpengaruh terhadap
keseluruhan inti cerita. Jadi, ya, masih bisa dimaafkan.
Dan
kemungkinan, setelah sampeyan menonton film ini, perasaan sampeyan ketika
mendengar lonceng akan berbeda. Mungkin sumbernya hanya dari pedagang es doger,
tapi akan ada yang aneh. Cenderung malah jadi menyeramkan. Bukan cuman masalah
lonceng, akan ada juga beberapa hal lain yang dekat dari kita, yang sebelumnya
mungkin terkesan biasa-biasa saja, namun setelah menonton film ini malah jadi
mengerikan. Jadi, persentase menjadi parno cukup besar.
Joko Anwar seolah-olah memberi contoh bagi sineas kita lainnya, bahwa film horror itu bukan hanya seberapa banyak jumpscare yang ada--percuma banyak, kalau semuanya meleset dan cara memancingnya begitu-begitu saja. Elemen suspense juga berperan penting untuk mendukung berhasilnya suatu film horror. Suasananya pun harus dibuat sedemikian rupa agar masuk akal dan mampu menarik simpati penonton.
Joko Anwar seolah-olah memberi contoh bagi sineas kita lainnya, bahwa film horror itu bukan hanya seberapa banyak jumpscare yang ada--percuma banyak, kalau semuanya meleset dan cara memancingnya begitu-begitu saja. Elemen suspense juga berperan penting untuk mendukung berhasilnya suatu film horror. Suasananya pun harus dibuat sedemikian rupa agar masuk akal dan mampu menarik simpati penonton.
Ditelisik
dari endingnya, kemungkinan besar akan ada kelanjutan dari Pengabdi Setan. Tapi,
jika hanya dijadikan film tunggal, pastilah saya kecewa. Karena endingnya
dibiarkan menggantung seperti perasaan saya padanya.
Karena saya punya teman. |
Buang
jauh-jauh stereotip bahwa semua film horror Indonesia hanya berisi paha dan
dada. Kasihan sineas yang telah bersungguh-sungguh ingin menghadirkan hiburan
yang bagus, namun akhirnya diabaikan hanya karena film-film sejenis
pendahulunya jelek. Tontonlah Pengabdi Setan. Bagus atau jelek memang urusan
selera, tapi setidaknya ya tontonlah filmnya secara utuh terlebih dulu. Jangan baru
lihat trailer yang tak lebih dari 2 menit lalu seenaknya menyimpulkan bahwa
film film itu jelek. Maksud saya, setelah membeli tiket dan menonton sebuah
film, saya rasa sampeyan sah mengatakan jelek atau mencela sebuah film, karena
sampeyan adalah konsumen dan konsumen berhak melayangkan protes jika apa yang ia
dapat tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Jangan mengecap sebelum
mengicip. Apaan si.
Sana
gih, ke bioskop, sudah ditunggu sama ibu. Kangen katanya.
Rate:
4/5
Ini film bagus Cuy. Gile. Gua juga sama kayak elu Win, baru pertama kali nonton film horror di bioskop ternyata begitu ya atmosfernya. Kalo elu bukan penakut, jujur gua orangnya penakut memang, dan gak ada orang yang bisa dipeluk jadinya gua bawa tas gendong buat nutupin ketakutan gua. Gua teriak anying, kampret, bangsat, wah enak ternyata kalo abis ngelewatin adegan yang serem dan moveonnya berasa lega.
BalasHapus.
Gua ngefans sama Tara Basro-nya, cantik banget, rambutnya gua suka sama ekspresi wajahnya yang imut-imut sok polos dua puluh tahunan.
.
Joko Anwar emang layak diberi penghargaan atas prestasinya yang katanya dia sampe sepuluh tahun ngedeketin Rapi Film buat dipercaya bikin reboot film ini. Gak sia-sia dan gua nunggu sekuelnya Pengabdi Setan.
.
KOMPOR GAS!!!
Dan kita telah menjadi saksi sejarah:D KArena tak perlu diragukan lagi karya-karya Joko Anwar. Beliau hebat sekali dalam memilih cerita dan mengolahnya menjadi sebuah kisah yang menarik sekaligus tanda tanya.
Hapusoya, Soal Mbak Tara BAsro saya seratus persen setuju.
Wah... daku justru masih sedang mempertimbangkan. Masih belum berani.. tapi media serasa ngomporin. Mereka bilang film ini keren, mau diputar di beberapa negara, mau dibikin kelanjutannya, penontonnya sampai 3 juta lebih, dsb. Tapi takuuut, sama fales juga kalau tereak. :D
BalasHapusSegeralah menonton, mumpung masih ada di bioskop. Saya dengan ibu dan keluarga akan bertamasya ke banyak negara menebar ketakutan. Mereka bilang film ni keren karena memang film ini keren, banget. Akan menyentuh 4 juta penonton sepertinya. Semoga. Ini karya Joko Anwar lho, jangan sampai nyesel:)
Hapusaku mah takut kalau nonton horor
BalasHapusSaya juga sebenarnya. Hanya saja, berhubung saya penasaran sekali dengan karya bang Joko Anwar, maka dengan sepenuh jiwa saya paksakan untuk menontonnya dan menjadi saksi film horror terseram indonesia, sejauh ini.
HapusSalah satu film horor Indonesia yang berkualitas dari semua sisi. Menjadi contoh untuk sineas lain yang akan membuat film horor agar membuat film horor yang tetap mempertahankan segi cerita.
BalasHapusJelas. FIlm ini akan menetapkan standar tinggi film horror indonesia dan semoga sineas-sineas kita lainnya bisa membuat yang lebih baik lagi. Tak melulu mengeksploitasi seksual saja.
Hapusaku mah takut liaht film horor
BalasHapusSalah satu horror film indo yang kusuka,
BalasHapuscinematographynya bagus,
alurnya juga keren.
memang Layak banget ke kancah dunia