Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sosial

Belajar dari Iklan Rokok

Iklan rokok adalah paradoks yang menyalahi pemahaman soal bagaimana trik pemasaran seharusnya bekerja. Ia menabrak teori pemasaran untuk mengakali batasan yang ada.  Tapi, justru hal itulah yang membuatnya menarik untuk dipelajari dan ditelaah baik-baik. Pernah melihat bentuk produk rokok di iklan rokok? Seharusnya tidak, sebab menurut UU Penyiaran tahun 2002, iklan rokok dilarang menampilkan pemeragaan wujud rokok. Jika dipikir baik-baik, maka peraturan tersebut tidak masuk akal. Tidak semua brand , apalagi hanya level UMKM atau temanmu yang sering berjualan lewat instagram story, mampu untuk mengakali peraturan itu.  Di sisi lain, pembatasan tersebut justru memperlebar kreativitas dalam memasarkan produk mereka--bahkan terkesan terlalu serampangan jika perhatikan sekilas. Hari ini iklan rokok menampilkan orang berselancar, besok memanjat tebing, nanti pergi ke bulan. Liar tanpa batasan. Meskipun, saya tahu betul di balik itu semua ada insight/ benang merah yang coba disa...

Jasa Screenshot iPhone dan 7 Dosa Pokok Manusia

Orang yang jeli melihat peluang akan berumur panjang. Ia menilai hidup sebagai ladang subur yang bisa ditanami apa saja dengan waktu panen yang tak mengenal musim--sebab ia selalu punya cara untuk mengatasi masalah dan mengambil untung. Alhasil, keturunan ke-9-nya bisa saja tetap hidup makmur tanpa memusingkan UMR seperti orang-orang kebanyakan. Dan salah satu orang jenius yang mampu melihat peluang adalah pencetus jasa screenshot iPhone.  Terdengar konyol, tapi percayalah, alih-alih mobil terbang, ide seperti itulah yang layak diapresiasi dan diberi penghargaan jika perlu. Mari kita bedah kenapa ide itu brilian dan bagaimana cara melihat peluang untuk dimanfaatkan. Prinsip dasar laju perekonomian adalah adanya konsep supply (penawaran) dan demand (permintaan). Penawaran akan selalu hadir selama ada permintaan. Maka, munculnya jasa screenshot iPhone ini, secara tidak langsung, menunjukkan bahwa di luar sana, ada orang-orang yang menganggap hasil screenshot dari iPhone memiliki nil...

Waktu Berpikir

Kapan terakhir kali kamu meluangkan waktu untuk membiarkan pikiranmu menentukan maunya sendiri?  Ada dua situasi yang bisa membantu menjawab pertanyaan di atas. Pertama, ingat-ingat kembali saat di mana handphone kehabisan daya---kalau pun ada daya yang tersisa, sinyal dan internet adalah mitos belaka. Situasi kedua adalah saat buang hajat dan tak ada apapun yang bisa dibaca untuk membunuh waktu selain coretan 'Joko love Mega' di belakang pintu.  Kira-kira apa yang memenuhi pikiran? Bayangan akan rencana-rencana di masa depan? Atau hal-hal memalukan yang terjadi di masa lalu? Apapun bisa terpikirkan. Semestinya memang begitu. Kontrol penuh atas jalan pikiran ada di diri sendiri. Bukan mengikuti opini yang sedang populer. Misal, kita bisa saja ikut marah dan melontarkan setiap kosakata kotor yang kita punya pada satu hal yang jelas-jelas tak ada kaitannya dengan kita. Penyebabnya sepele, ada twit yang kebetulan lewat di linimasa dan bernada negatif pada satu orang tertentu. Kem...

Memahami Meditasi

Akhir-akhir ini saya sering mendengarkan siniar yang berbicara soal meditasi dan kenapa ia bisa jadi solusi untuk menenangkan pikiran. Meskipun, terus terang, tujuan awal saya hanya meredakan gangguan-gangguan pikiran agar bisa tidur lelap dengan cepat. Sebab, rasanya, mengingat dan menyesali perbuatan tolol sewaktu kecil--seperti memanggang telur busuk--adalah kesia-siaan belaka. Jadi, saya putuskan untuk mendengar siniar dan menonton beberapa episode Headspace: Guide to Meditation untuk menjinakkan pikiran.

Urusanmu, Urusanmu

Saya berniat mengajukan permohohan pada negara untuk memperpanjang waktu dalam sehari, sebab dua pulu empat jam rasanya terlalu cepat untuk mengikuti perkembangan duniawi. Instastory teman sekaligus mantan, kabar simpang siur aungan dajal di Aceh, serta rumah tangga penyanyi yang tak saya kenal secara pribadi. Mereka terlalu penting untuk dilewatkan begitu saja. Saya bisa jadi bahan cemoohan jika tak sanggup mengobrol soal stok saham atau clubhouse.

Batas Kesenangan di Dunia Maya

Demi kebaikan bersama, untuk sementara waktu, segala bentuk aktivitas kesenangan duniawi harus dikurangi. Tidak ada lagi kuliah pagi, ngopi-ngopi, judi, atau lomba karapan sapi. Alhasil, hasrat untuk bertahan hidup di tengah pandemi seperti saat ini membawa kita ke tempat yang sama: internet. Akibat ruang gerak di dunia nyata yang dibatasi, kebanyakan dari kita pun beralih ke dunia maya. Tentu saja hal tersebut berbanding lurus dengan lama durasi mereka menggenggam gawai yang mereka punya. Saya juga jadi lebih sering menengok Instagram, Twitter, YouTube, dan ehem, TikTok. Aku suka boring goyang mama.. eh maaf.

[Cerpen] Kunang-Kunang dan Akhir Bahagia

Semesta sedang mengejekku. Tak ada senja kali ini, tapi itu bukan alasan kenapa aku telah menghabiskan dua gelas kopi dan beberapa batang rokok dalam beberapa jam belakangan. Ada sesuatu yang lebih serius, bahwa hari ini aku baru saja dipecat dari pekerjaanku, tepat di hari yang sama kucing peliharaanku meninggal terlindas motor di jalan depan tempat tinggalku, dan memang pantas kulampiaskan segala rasa susah dan resah di sini, di kedai kopi dekat perempatan yang ramai pengunjung namun sepi dari hingar bingar dunia. Tak ada tawa atau ceria yang terdengar dari masing-masing orang yang memutuskan untuk duduk dan minum kopi di sini. Wajah-wajah mereka murung, beberapa terlihat melamun, membuang pandangan ke luar kedai, kepada lalu lintas yang acuh. Kedai ini seperti tempat pelarian bagi orang-orang yang kesal dengan dunia dan perlu tempat untuk merenung. Karena, sejauh ini, itulah yang bisa kuamati. Dan aku, seperti yang kau tahu, adalah bagian dari mereka.

Lebih Baik Tidak Lebih Baik

Ayolah, jangan terlalu memikirkan mengenai judul diatas, masih banyak hal lain yang lebih pantas untuk diberi waktu. Karena saya sendiri, terus terang, agak bingung dengan judul tersebut dan itulah yang kebanyakan orang media lakukan. Membuat judul artikel semenarik mungkin, bahkan ada yang cenderung tabu dan membingungkan, clickbait istilahnya, hanya untuk mendapatkan banyak pembaca. Dan, ya, jika sampeyan bisa sampai ke sini maka saya telah berhasil meniru media.