Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label karantina

Memahami Meditasi

Akhir-akhir ini saya sering mendengarkan siniar yang berbicara soal meditasi dan kenapa ia bisa jadi solusi untuk menenangkan pikiran. Meskipun, terus terang, tujuan awal saya hanya meredakan gangguan-gangguan pikiran agar bisa tidur lelap dengan cepat. Sebab, rasanya, mengingat dan menyesali perbuatan tolol sewaktu kecil--seperti memanggang telur busuk--adalah kesia-siaan belaka. Jadi, saya putuskan untuk mendengar siniar dan menonton beberapa episode Headspace: Guide to Meditation untuk menjinakkan pikiran.

Tidurlah Anji, Selamat Malam

Photo by Bastien Jaillot on Unsplash Ketika teman-teman ramai mengobrol soal pelbagai macam strategi untuk mengalahkan musuh di game online, diam adalah opsi terbaik yang saya punya. Saya tak mau merusuh dan memang tak begitu tahu akan istilah-istilah asing semacam skin, ranked, dan sejenisnya. Bisa dibilang, level pengetahuan saya cukup memprihatinkan. Tapi, ketika topik pembicaraan beralih ke dunia film, mulut saya akan selalu terbuka untuk meladeni setiap cabang bahasannya. Meski tidak paham betul, setidaknya saya punya cukup bekal jika ditanyai tentang istilah seperti plot hole, spin-off, easter eggs, overshadow, dan lain-lain. Di sisi lain, teman-teman saya yang cenderung lebih senang bermain game akan lebih sering jadi pendengar, ketimbang pembicara. Sama halnya ketika saya diajak berdiskusi soal Dota atau PUBG.

Normal Yang Baru

Tidak ada yang mengira akan berada dalam kondisi seperti saat ini. Ruang gerak diawasi, interaksi dibatasi, dan rencana-rencana yang sudah kita susun rapi-rapi harus kembali disimpan lagi.  Tidak ada yang memperingati bahwa tawa kita di kedai kopi, tugas kuliah yang kita umpati, dan sikap politisi yang kita habisi dengan caci maki adalah aktivitas terakhir sebelum pandemi. Tidak ada yang menjamin semua akan Kembali seperti semula. hal-hal yang ditunda, waktu-waktu yang lalu, dan upaya-upaya pemulihan, belum tentu mengembalikan normal yang pernah kita alami 

[Cerpen] Sebagaimana Hidup Sebenarnya

  Photo by Maxime Brugel on Unsplash Hidup, tak seperti narasi-narasi yang diciptakan dalam dunia fiksi yang cenderung berakhir bahagia, seringkali memberikan kejutan di setiap ceritanya. Sesuatu yang mungkin tak satupun dari kita mengharapkannya. Tapi, bagaimanapun juga, itulah kenyataannya. Itulah hidup yang sebenarnya.

Batas Kesenangan di Dunia Maya

Demi kebaikan bersama, untuk sementara waktu, segala bentuk aktivitas kesenangan duniawi harus dikurangi. Tidak ada lagi kuliah pagi, ngopi-ngopi, judi, atau lomba karapan sapi. Alhasil, hasrat untuk bertahan hidup di tengah pandemi seperti saat ini membawa kita ke tempat yang sama: internet. Akibat ruang gerak di dunia nyata yang dibatasi, kebanyakan dari kita pun beralih ke dunia maya. Tentu saja hal tersebut berbanding lurus dengan lama durasi mereka menggenggam gawai yang mereka punya. Saya juga jadi lebih sering menengok Instagram, Twitter, YouTube, dan ehem, TikTok. Aku suka boring goyang mama.. eh maaf.