Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Catatan Harian

Mengomentari 'Jujurly'

Saya mahasiswa Ilmu Komunikasi dan salah satu, jika bukan satu-satunya, materi yang saya ingat adalah tidak penting bagaimana bentuk atau cara pesan disampaikan, selama komunikan paham maknanya, maka sudah, tidak ada masalah yang perlu dibesar-besarkan. Contoh, dalam keseharian, kita tak begitu peduli kalimat yang keluar dari mulut sesuai panduan SPOK atau tidak, asal lawan bicara paham, selesai urusan. Sama halnya grammar bahasa Inggris yang kita pelajari mati-matian, ternyata tidak begitu penting dalam hal percakapan kasual. Tapi saya tidak habis pikir dengan evolusi tata bahasa yang sedang terjadi saat ini. Tidak menyalahkan, tapi penasaran bagaimana runtutan sejarah hingga muncul kata-kata revolusioner serba meng-/me-, misal membagongkan, mengsedih, mengkaget, dan lain sejenisnya. Pelopornya jelas orang penting sehingga penyebaran penggunanya mengalahi distribusi dana bansos. Belum beres mencerna tren meng-/me- yang diletakkan sekenanya, saya harus berhadapan dengan gelombang '...

Memahami Meditasi

Akhir-akhir ini saya sering mendengarkan siniar yang berbicara soal meditasi dan kenapa ia bisa jadi solusi untuk menenangkan pikiran. Meskipun, terus terang, tujuan awal saya hanya meredakan gangguan-gangguan pikiran agar bisa tidur lelap dengan cepat. Sebab, rasanya, mengingat dan menyesali perbuatan tolol sewaktu kecil--seperti memanggang telur busuk--adalah kesia-siaan belaka. Jadi, saya putuskan untuk mendengar siniar dan menonton beberapa episode Headspace: Guide to Meditation untuk menjinakkan pikiran.

Mari Meromantisasi 2020

Tanpa perlu berdebat, kita semua mungkin sepakat bahwa 2020 adalah tahun yang bangsat.  Ada rima '-at' pada kalimat di atas barangkali kalian tidak menyadarinya. Sesuatu yang sejak dulu ingin saya terapkan dalam setiap tulisan--memberinya rima. Selain enak didengar, rima juga mengesankan penulis memiliki kosa kata yang luar biasa banyak dan saya ingin dikenal sebagai orang berkosa-kata banyak. Sayangnya, tidak semua rencana berjalan seperti apa yang kita harapkan.

Pelankan

Tidak. Tulisan ini tidak berasal dari mereka yang sudah bersepeda sejak lama, bukan juga dari orang yang telah mengikuti beragam perlombaan dan punya kaos ketat yang penuh dengan sponsor, atau pesepeda dengan rakitan yang jika ditotal bisa digunakan untuk membeli kopi. Beserta kedai dan menghidupi baristanya. Maaf mengecewakan, tapi tidak.

Life at Zetizen: Awal Mula

  Salah satu foto awal bareng seluruh kru Zetizen. Cerita yang baik selalu memberikan penjelasan yang runtut dari setiap peristiwa yang terjadi. Oleh sebab itu, sebelum masuk dalam bagian bagaimana saya bisa menghabiskan hampir dua tahun waktu hidup saya menulis dan membuat konten di Zetizen, ada baiknya kita mundur jauh ke belakang dahulu.Sebab, saya tak ingin mempersulit hidup kalian yang sudah berantakan.

Upaya Memperbesar Peluang Masuk Surga

Photo by Ehud Neuhaus on Unsplash Satu hal yang sebisa mungkin saya jauhi adalah hobi untuk hutang. Sebab, jarang sekali urusan piutang ini berakhir Bahagia bagi kedua belah pihak, terutama dia yang memberikan pinjaman dan tanpa adanya bentuk keterikatan selain ucapan, 'Besok aku ganti'. Di tambah lagi, sisi religius saya juga takut dengan ancaman tidak jadi masuk surge karena tidak atau hanya lupa membayar hutang. Fakta umum lainnya ialah tak jarang orang yang mengutang jauh lebih galak ketibang pemberi hutang, terlebih ketika proses penagihkan tanggung jawabnya. Itulah yang sedang dialami oleh Febi Nur Amalia. Bukannya mendapatkan sesuatu yang seharusnya menjadi haknya--70 JT, ia malah terancam pidana tuntutan dua tahun penjara karena menagih hutang lewat Instagram.

NIlai-nilai yang Lalu

Beberes rumah menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan, dengan catatan: tidak disuruh. Selama pandemi, saya jadi lebih sering menata kamar, membuang barang-barang yang dirasa tak perlu, dan begitu terus sampai saya menemukan satu benda tertentu lalu menghabiskan belasan menit untuk bernostalgia.

Normal Yang Baru

Tidak ada yang mengira akan berada dalam kondisi seperti saat ini. Ruang gerak diawasi, interaksi dibatasi, dan rencana-rencana yang sudah kita susun rapi-rapi harus kembali disimpan lagi.  Tidak ada yang memperingati bahwa tawa kita di kedai kopi, tugas kuliah yang kita umpati, dan sikap politisi yang kita habisi dengan caci maki adalah aktivitas terakhir sebelum pandemi. Tidak ada yang menjamin semua akan Kembali seperti semula. hal-hal yang ditunda, waktu-waktu yang lalu, dan upaya-upaya pemulihan, belum tentu mengembalikan normal yang pernah kita alami 

Mungkin Kitalah Power Rangersnya

Photo by Francisco Delgado on Unsplash Beberapa waktu yang lalu, iseng saja, saya menelusuri rekam jejak aktivitas daring diri sendiri. Tidak banyak yang bisa ditemukan selain kealayan yang murni. Cuman satu akun yang berhasil saya lacak, tentu saja takkan saya sebutkan di sini, tapi kalau kalian punya waktu luang untuk mencari, silakan. Tak ada yang menghalangi. Sebab, di sisi lain, saya masih berusaha dengan pengetahuan yang saya punya untuk melenyapkan aib tersebut.

Ego dan Musik dalam Perjalanan

  Saya belum melakukan penelitian secara saintifik terhadap pernyataan saya selanjutnya, tapi rasanya setiap kita memikirkannya setidaknya sekali seumur hidup. Pasti ada momen di mana kita berada dalam kendaraan, entah itu mobil, kereta, pesawat, andong, odong-odong, apapun itu, lalu melihat ke luar jendela sambil mengamati macam-macam aktivitas yang ada di luar dan secara tiba-tiba sebuah lagu serta cerita pengandaian langsung berputar di kepala.  Ya, seketika kita adalah model sebuah video klip musik. Dalam perjalanan yang cukup jauh, saya tak begitu suka keheningan dan terus-terusan membaca pelbagai bacaan yang berada di sepanjang jalan--iklan sedot WC, janji-janji manis politisi, nama warung makan, dan sebagainya, sebab cepat atau lambat saya akan merasa pusing dan saya terlalu sayang untuk memuntahkan makanan dalam perut. Mubadzir istilahnya.

2019 dan Cerita-cerita yang Menyertainya

Manusia, atau dalam hal ini adalah saya sendiri, seringkali bersikap angkuh dan cenderung menggembor-gemborkan dirinya sendiri. Misal, masalah ingat-mengingat. Saya sering memercayakan hal-hal penting hanya kepada kemampuan mengingat saya, tanpa mencatat dan sebagainya. Padahal, tidak jarang saya lalai dan melewatkan sesuatu yang penting. Lalu, pada akhirnya saya menyesali sendiri perbuatan tersebut. Tapi, tak lama berselang, cerita-cerita soal lupa yang hampir mirip formulanya terus-menerus terjadi. Dasar manusia. Dalam rangka menanggulangi keterbatasan otak dalam hal ingat-mengingat, maka saya putuskan untuk menuliskannya di blog ini. Momen-momen yang mungkin tidak semua menyenangkan untuk dikenang, tapi di satu sisi bisa saya pakai untuk mengevaluasi diri sendiri. Lebih spesifik lagi, momen-momen yang terjadi di tahun 2019 ini. Berikut adalah beberapa di antaranya yang saya ingat:

Remeh Temeh

Lama sekali, ya. Sejak terakhir kali saya mempubplikasikan tulisan yang terkesan begitu menggurui soal berkarya, baru kali ini saya kembali untuk memperbarui beberapa hal. Saya memutuskan untuk mengganti icon blog—yang dulu saya buat sekenanya dengan photoshop waktu SMA. Meski begitu, saya sangat bangga, walau hanya inisial nama dengan background warna biru saja—dan mencoba menulis tentang sesuatu, sebuah remeh-temeh, perwujudan tanda bahwa orang yang menulis di blog ini masih hidup dan baik-baik saja, semoga.

Berkarya: Ekspresi dan Ekspektasi

Waktu itu pukul sebelas malam. Tak ada kesibukan khusus yang saya lakukan hingga terjaga selarut itu, hanya mengamati linimasa akun media sosial saya, sebuah kebiasaan yang cukup sulit untuk dihilangkan. Kemudian, tiba-tiba, ponsel saya bergetar menandakan ada pesan masuk. Tentu bukan dari pacar saya, karena pasti ia sudah tidur sehabis azan isya, ditambah lagi saya tidak punya pacar. Oke. Pesan itu datang dari salah seorang teman. Berikut isi pesannya:

Hari Lahir dan Kaleidoskop 2018

Tidak ada yang menyuruh sampeyan membaca tulisan ini. Baca tulisan yang lain saja. Hush. Sebelumnya, tulisan tentang hari kelahiran saya selalu berisi dengan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang saya lakukan sebagai perayaan atas munculnya saya di dunia, kemudian saya sadar bahwa hampir tiap tahun semuanya tak jauh berbeda. Tidak ada kejutan, kue, badut, dan hal kekanak-kanakan lainnya. Tak apa.  Oya, saya sedang flu dan agak pusing ketika menulis postingan ini, jadi saya punya alasan, selain saya memang begini adanya, jika sampeyan menemukan kata-kata atau kalimat yang membingungkan. Maafkan. Lagipula, tidakkah sampeyan punya aktivitas lain yang lebih bermanfaat ketimbang membuang-buang waktu dan kuota, barangkali, pada hal yang sama sekali tidak memengaruhi hidup kalian. 

Universe Goes to Ngayogyakarta Part 4: Hmm Yummy dan Tragedi Kram

Cerita sebelumnya: Universe Goes to Ngayogyakarta Pertunjukkan selesai dan syukur penampilan kelas berjalan dengan cukup baik. Selanjutnya ada acara semacam penghormatan pada guru-guru yang telah mengajar kami, dengan memberikan beberapa bunga. Sebelum itu, di proyektor dekat panggung, sebuah video tentang sekolah ditampilkan. Beberapa siswa dan guru mendapat jatah untuk menyampaikan kesan dan pesan. Saya sendiri Alhamdulillah, tidak ada di video tersebut. Setelah penayangan video, acara pemberian bunga dimulai kemudian lagu milik Ipang berjudul Sahabat Kecil diputar. Suasana riuh, sedih, dan teletubbies. Berpelukan maksud saya. 

Di Tribun Sixteenagers

Elang kebanggaan. Sumber: @sixteenagers Akan terkesan sombong dan bodoh kalau saya memukul rata bahwa semua yang membaca tulisan ini tahu apa itu sixteenagers. Oleh sebab itu, ada baiknya saya berikan sedikit penjelasan tentang nama itu. Sixteenagers adalah sebutan bagi siswa dan siswi SMA Negeri 16 Surabaya. Lebih spesifik lagi, pendukung segala macam perlombaan yang diikuti oleh sekolah. 

Lebih Baik Tidak Lebih Baik

Ayolah, jangan terlalu memikirkan mengenai judul diatas, masih banyak hal lain yang lebih pantas untuk diberi waktu. Karena saya sendiri, terus terang, agak bingung dengan judul tersebut dan itulah yang kebanyakan orang media lakukan. Membuat judul artikel semenarik mungkin, bahkan ada yang cenderung tabu dan membingungkan, clickbait istilahnya, hanya untuk mendapatkan banyak pembaca. Dan, ya, jika sampeyan bisa sampai ke sini maka saya telah berhasil meniru media.

Merayakan Hari Lahir

Dini hari, 15 Desember 2014. Saya dibangunkan oleh alarm handphone. Mungkin ini sampeyan pikir hal biasa, tapi bagi saya, ini mengejutkan. Dan ini perlu dicatat, saya langsung terbangun ketika mendengar alarm. Biasanya, ya, saya memang terbangun, tapi hanya untuk mematikan bunyi bising alarm saja, lepas itu, saya tidur lagi. Pukul 01:30. Tepat seperti apa yang saya rencanakan. Alasan kenapa saya memasang alarm sepagi tiu adalah saya ingin bertemu dengan Tuhan. Kata orang, Tuhan akan berada lebih dekat ke hambanya dan konon doa yang dipanjatkan di sepertiga malam akan lebih mustajabah.